Impresi Awal Assassin’s Creed Unity – Mendarah Daging
StandardAssassin’s Creed Unity sudah tersedia di pasaran setelah Ubisoft membangun hype yang sangat tinggi melalui berbagai trailer keren dan promosi-promosi lainnya. Meskipun begitu, cukup mirip dengan kasus yang dialami Watch Dogs yang juga dikembangkan oleh Ubisoft, game ini seakan-akan termakan oleh besarnya hype yang diberikan marketing berlebihan. Tapi bukan berarti Assassin’s Creed Unity adalah game yang jelek ya, game ini memiliki pesonanya tersendiri, meskipun kebanyakan pesona tersebut sudah menurun dari pendahulu-pendahulunya.
Jika kamu cukup mengikuti perkembangan berita dunia game, tentunya kamu sudah mendengar tentang banyaknya bug yang dimiliki Assassin’s Creed Unity. Saya sendiri mendapatkan game ini setelah Ubisoft mengeluarkan patch update, jadi beberapa masalah seperti karakter yang wajahnya jadi hancur berantakan tidak saya temukan sama sekali. Meskipun masalah lain seperti musuh yang tidak bisa diserang padahal wajib dibunuh, atau masalah penurunan frame rate masih saya temukan.
Tapi mari kita lihat dulu Assassin’s Creed Unity dengan menghiraukan segala penyakit yang menjangkitinya. Assassin’s Creed Unity menurut saya pribadi merupakan sebuah game yang sangat menyenangkan untuk dimainkan. Game ini memiliki kontrol yang sedikit lebih baik daripada Assassin’s Creed sebelumnya, namun tetap saja saya sering kali mengalami hal-hal bodoh seperti ingin berlari lurus ke depan malah jadi melompat-lompat tidak jelas di tembok. Sepertinya memang seri Assassin’s Creed perlu perombakan besar untuk urusan kontrol, apalagi kalau Ubisoft mau membuat game dengan banyak aksi kejar-kejaran yang melibatkan tempat yang dipadati manusia atau benda-benda yang menghalangi. Kalau memang kontrolnya sudah diusahakan untuk menjadi lebih baik dengan masimal, mungkin waktunya Ubisoft lebih memperbaiki desain misi atau desain lingkungan dalam game.
Untuk urusan aksi parkour dari Arno, bisa saya bilang Assassin’s Creed Unity menyajikan akrobat yang nampak sangat keren. Aksi berlari, melompat, dan memanjat Arno nampak lebih detail dan indah, membuat aksi mengelilingi Paris menjadi sebuah aktivitas yang menyenangkan. Hal ini semakin dibuat menarik dengan banyaknya bangunan yang bisa dimasuki. Dijamin aksi melarikan diri kamu akan sangat seru berkat banyaknya tempat untuk digunakan berakrobat.
Satu perubahan besar sangat baik yang saya temukan di game ini adalah bagian pertarungan yang terasa lebih kompleks daripada game di seri Assassin’s Creed sebelumnya. Di game sebelumnya, yang perlu kamu lakukan hanyalah menjaga karakter utama dalam posisi bertahan, dan menunggu musuh menyerang supaya kamu bisa melancarkan konter (jika kamu bingung, konter adalah bahasa Indonesia dari counter. Cek KBBI kalau tidak percaya :p).
Di Assassin’s Creed Unity kamu harus betul-betul aktif dalam pertarungan. Kamu dapat menyerang musuh seperti biasa, dapat menangkis serangan musuh dan jika kamu cukup gesit bisa disambung juga dengan sebuah konter, serta menghindari serangan musuh. Beberapa serangan tidak akan bisa kamu tangkis tapi bisa kamu hindari, sebut saja seperti tembakan peluru musuh yang bisa dihindari meskipun cukup susah, tapi jelas tidak akan bisa kamu tepis.
Dalam Assassin’s Creed Unity kamu akan dituntut untuk lebih teliti dalam setiap pertarungan, jadi jangan heran kalau kamu akan sering mati saat berhadapan dengan musuh. Oh iya di sini kamu juga harus memperhatikan stok obat atau bom kamu dengan baik, jangan sampai di tengah-tengah pertarungan yang berat, kamu kehabisan benda-benda penting yang bisa menyelamatkan karaktermu.
Aspek gameplay lain yang membuat saya kagum dengan Assassin’s Creed Unity adalah bagian multiplayer yang dimilikinya. Siapa sangka melakukan aksi akrobat dan membunuhi Templar bersama-sama dengan orang-orang yang tidak kamu kenal bisa menjadi sebuah kegiatan yang sangat keren dan seru. Kamu bisa saja berkomunikasi dengan suara bersama tim kamu, tapi saya merasa melakukan aksi multiplayer tanpa komunikasi verbal sama sekali di sini jauh lebih menyenangkan daripada dengan menggunakan komunikasi biasa. Tanpa komunikasi verbal, saya jadi merasa seperti sedang memainkan Journey yang lebih penuh dengan darah.
Selain aspek pertarungan dan multiplayer yang keren, Assassin’s Creed Unity juga memiliki fitur yang mengizinkan pemain untuk mengubah penampilan Arno sesuka hati. Kamu bisa memilih warna pakaian, jenis tudung, baju, sarung tangan, celana, atau bahkan ikat pinggang dengan sesuka hati. Dijamin cukup kecil kemungkinan kamu bertemu dengan pemain lain di mode multiplayer yang memiliki pakaian yang sama denganmu. Kalau memang ada yang sama, mungkin kalian jodoh.
Sayangnya segala hal menarik ini harus dirusak dengan buruknya elemen stealth yang dimiliki Assassin’s Creed Unity. Meskipun kini kamu dapat menunduk layaknya game berbasiskan stealth normal, tetap saja AI musuh kamu akan terlalu bodoh untuk mewujudkan sebuah sistem stealth yang baik. Ya, setidaknya sudah cukup ada perubahan yang baik berkat adanya tombol khusus untuk menunduk.
Cukup dengan gameplay, bagaimana dengan kualitas visual serta performa game ini? Well, saya memainkan Assassin’s Creed Unity dengan PS4 (mengingat versi PC meminta spesifikasi cukup gila) dan saya cukup kagum di satu bagian, dan kecewa di bagian lainnya. Dimulai dari yang membuat kecewa, jujur saya tidak terlalu kagum dengan kualitas model karakter. Meskipun nampak keren, saya tidak melihat perbedaan yang betul-betul signifikan dengan berbagai game yang dirilis di akhir era PS3 dan Xbox 360. Untungnya kualitas lingkungan, terutama interior, di game ini nampak sangat luar biasa sehingga kekurangan dari segi karakter bisa dibilang cukup terobati.
Sedangkan bagian yang membuat saya kagum adalah kepadatan kota Paris dalam game. Meskipun dalam satu layar kamu melihat ratusan NPC yang tengah beraktivitas (walaupun biasanya aktivitas mereka sama, seperti berjalan atau demonstrasi), frame rate dalam game nampak tidak berkurang. Terkadang game masih tetap mengalami masalah penurunan frame rate, tapi dari apa yang saya alami sepertinya penurunan frame rate ini merupakan bug yang belum teratasi, bukan masalah performa yang dimiliki game.
Saya rasa itu dulu impresi awal saya memainkan kurang lebih 12 jam pertama Assassin’s Creed Unity yang hanya mencakup 16% dari keseluruhan game. Sebenarnya ada berita buruk lain di game ini yaitu diimplementasikannya fitur IAP. Sejauh ini saya belum terlalu terganggu dengan IAP yang dimiliki game mahal ini, tapi begitu saya memainkan Assassin’s Creed Unity lebih lanjut dan siap untuk menulis review lengkap, tentunya saya akan membahas juga seberapa besar aspek IAP ini akan mempengaruhi pengalaman bermain kamu.
Untuk sementara, saya belum bisa memberikan saran yang pasti. Kalau kamu merupakan penggemar berat seri Assassin’s Creed, game ini jelas tidak boleh dilewatkan. Tapi kalau kamu masih ragu untuk mengeluarkan uang demi membeli game ini, atau untuk membeli console yang dapat memainkannya, tunggu saja review lengkap dari saya yang akan segera tersedia. Ngomong-ngomong, dari impresi singkat ini ada yang bisa menebak berapa skor yang akan saya berikan ke Assassin’s Creed Unity?