Kamis, 27 Maret 2014

Review Dark Souls II – Hidup Adalah Tantangan, Mati Adalah Pembelajaran

Standard

PRAISE THE SUN!! *ehem, maafkan saya.
Seberapa sering kalian memainkan game sulit? Cukup sering? Sekarang saya ganti pertanyaannya: Seberapa sering kamu dipermainkan dalam sebuah game? Jika saya membuat sebuah daftar tentang ‘game yang paling sering nge-troll‘, mungkin Dark Souls akan masuk ke salah satu peringkat teratas. Sekarang, game yang terkenal akan kesulitan dan kekejamannya ini mendapatkan sequel baru: Dark Souls II. Apakah game ini mampu menandingi pendahulunya untuk memberikan pengalaman yang penuh keputus-asaan? Langsung cek saja review-nya untuk mengetahui jawabannya.

“…If only I could be so grossly incandescent!”

-Solaire of Astora, Dark Souls

Sebuah Perjalanan Untuk Menghancurkan Kutukan



Dalam Dark Souls II kamu akan berperan sebagai seorang Undead yang berusaha untuk mencari penawar kutukan yang ia derita. Kemudian, kamu mendengar bahwa ada sebuah penawar di dalam sebuah daerah bernama Drangleic. Mulai dari situ, kamu akan bertualang untuk mencari penawar kutukan yang kamu derita. Cukup sederhana bukan?
Meski cerita utama dalam game ini terdengar sederhana, nampaknya hal itu hanyalah kulit luar dari Action RPG buatan FromSoftware ini. Dark Souls II mengambil jalan yang sama seperti pendahulunya jika bicara soal gaya bercerita. Kamu tidak akan diberikan cerita secara gamblang, tetapi kamu harus menganalisa cerita lewat lingkungan yang kamu lalui. Mungkin bila kamu memainkan game ini pertama kali, cerita tidak akan terlalu kamu perhatikan tetapi semakin lama kamu memainkannya, kamu akan mulai ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam area tersebut. Namun saya pribadi berpendapat kalau cerita bukanlah hal yang ingin ditunjukkan dalam Dark Souls II.
Dalam Dark Souls II, NPC juga muncul dan memiliki peranan penting dalam permainan. Mereka ada yang membantu kamu untuk melakukan proses level up (seperti Demon’s Soul), menjual barang, membagikan info, dan sebagainya. Selain itu NPC di Dark Souls II juga terasa berkarakter layaknya Dark Souls pertama, meskipun mereka tidak terlalu sering berbicara (kita yang harus ajak bicara).

Bentuklah Karakter Idealmu

Ketika memainkan game ini pertama kali, kamu akan diperbolehkan untuk mengkustomisasi karakter yang hendak kamu mainkan mulai dari jenis kelamin, class, barang bawaan pertama, hingga pengaturan penampilan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kesannya cukup menggugah bagi penggemar kustomisasi karakter, sayangnya hal itu sedikit dinodai dengan lag yang ada pada preview kustomisasi (setidaknya itu yang terjadi pada saya).
Class yang kamu pilih juga tidak sepenuhnya mempengaruhi akan menjadi apa kamu nantinya. Kamu bisa saja menjadi seorang warrior dengan kemampuan sihir atau mungkin seorang bandit yang mahir menggunakan berbagai jenis senjata. Kemungkinan yang ada tidak terbatas asal kamu tahu cara penggunaan karakter yang kamu buat. Sistem semacam ini membuat karakter yang kamu buat terasa seperti penggambaran diri kamu yang sesungguhnya sehingga karakter itu terasa lebih lekat dengan dirimu.

Angkat Perisaimu, Bung


Pertempuran di Dark Souls II tidaklah jauh berbeda dari pendahulunya. Kamu memerlukan ketepatan, kegesitan dan kemampuan analisa yang bagus demi bisa menghancurkan lawan yang ada di hadapanmu. Bagi non-veteran Dark Souls, saya peringatkan bahwa game ini tidak mengambil gaya pertempuran asal pencet tombol. Kamu harus bisa membaca gerakan lawan, menemukan titik buta dalam serangan yang mereka lontarkan dan akhirnya bisa membunuh mereka secara efisien. Sulit, namun jika kamu berhasil, rasanya sangat memuaskan.
Gaya pertempuran yang kamu pilih memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Pengguna perisai dan pedang memiliki kemampuan bertahan dan menyerang yang seimbang dan juga bisa melakukan serangan balasan dengan menangkis serangan musuh. Pengguna senjata di dua tangan memilki serangan yang cepat dan mematikan namun tidak memiliki kemampuan bertahan sama sekali kecuali dengan menghindar. Pengguna senjata besar sudah jelas memiliki kekuatan serangan besar namun lambat dalam bergerak sehingga rentan terhadap serangan balik. Sedangkan bagi pengguna sihir, mereka memiliki daya serangan yang besar dan memiliki jangkauan jauh untuk sihir proyektil, namun sangat lemah terhadap serangan fisik. Semua gaya pertempuran ini harus bisa kamu kuasai jikalau kamu tidak mau salah langkah dan mati dengan sia-sia.

Lebih Memaafkan Dibanding Pendahulunya?




Mungkin ini pertanyaan yang akan ditanyakan para veteran Dark Souls. Dan biarkan saya membuat kamu sekalian senang karena jawabannya: tidak. Dark Souls II sama sekali tidak membuat para pemainnya merasa sedang di taman kanak-kanak, bermain dengan riang dan disuapi makanan. Di sini kamu harus melalui berbagai perangkap yang tidak bisa ditebak, musuh yang muncul tiba-tiba, monster yang terlalu kuat untuk dihadapi dan masih banyak lagi keganasan yang mungkin bisa membuat hati sebagian gamer ciut untuk menjelajahi Drangleic.
Jangan lupa bahwa sistem soul yang sebelumnya ada pada Dark Souls kini hadir kembali. Soul berperan penting dalam game ini. Dengan menggunakan soul, kamu bisa memperkuat karaktermu, membeli senjata, barang, dan juga kemampuan sihir. Meski soul bisa didapat dengan mudah (dengan membunuh musuh atau menggunakan item), kamu juga bisa kehilangan seluruh soul kamu jika kamu mati. Begitu kamu mati, bukan berarti juga seluruh soul kamu hilang. Lebih tepatnya jumlah soul yang kamu punya sebelumnya ‘terjatuh’ dan kamu harus ambil lagi jika kamu mau mendapatkan jumlah soul yang kamu punya sebelumnya. Ya, resiko terbesar adalah jika kamu mati lagi sebelum bisa mengambil soul yang terjatuh, maka soul tersebut akan hilang selamanya.
Bicara soal mati, begitu kamu mati maka kamu akan respawn kembali ke bonfire terakhir yang kamu gunakan seperti layaknya Dark Souls pertama dan kamu akan berubah menjadi Hollow (penampilanmu berubah jadi seperti mayat yang membusuk). Namun yang membuat berbeda adalah jika kamu terlalu sering mati, maka musuh yang ada di area kamu mati akan berkurang sedikit demi sedikit. Ini tentu sangat merugikan jika kamu hendak melakukan grinding demi memperkuat karaktermu. Maka dari itu, usahakan jangan terlalu sering mati… saya baru saja mengatakan hal yang mustahil.
Tidak hanya itu saja, mati kini membawa kerugian tersendiri dalam Dark Souls II. Selain kehilangan soul, kamu juga akan kehilangan sedikit dari HP maksimum yang kamu punya. Jadi kalau kamu sering mati, bisa-bisa jumlah HP yang kamu punya hanya dibatasi setengah dan tidak bisa naik sampai penuh. Tapi, hal itu bisa diatasi dengan menggunakan Human Effigy. Kamu akan kembali ke bentuk asalmu serta HP milikmu bisa dipulihkan sampai penuh kembali.

Bonfire – Setitik Cahaya Yang Menenangkan Jiwa



Bonfire juga merupakan salah satu elemen dalam seri Dark Souls yang amat penting dan harus bisa dipergunakan seefektif mungkin. Dengan menggunakan bonfire, HP yang kamu punya akan dipulihkan serta musuh yang sebelumnya kamu kalahkan akan muncul kembali. Sedikit berbeda dengan Dark Souls pertama, senjata milikmu akan diperbaiki juga begitu kamu beristirahat di bonfire.
Mungkin ini hanyalah perasaan saya pribadi, namun saya yakin juga bagi kamu yang menemukan bonfire di tengah dungeon atau gua-gua mengerikan pasti merasa seperti menemukan oasis di padang gurun yang gersang dan kejam. Setiap kali kamu duduk di dekat nyala api jingga itu, kamu merasa bahwa kamu pasti mampu untuk melanjutkan perjalanan berbahaya ini. Munculnya bayangan dari player lain di sekitar bonfire juga menambah semangat kamu untuk bermain mengingat bahwa kamu tidak sendiri ketika melintasi dunia Drangleic.
Api juga menjadi elemen yang diperhatikan dalam seri terbaru ini. Dengan menggunakan obor, kamu bisa menerangi jalan yang kamu lalui sehingga segala sesuatu bisa terlihat dengan lebih baik. Selain itu, obor juga bisa membuat beberapa musuh yang kamu hadapi ketakutan. Ini jelas bisa mempermudah perjalanan namun kamu menjadi tidak bisa menggunakan salah satu tanganmu untuk mengangkat perisai atau memegang senjata.

Fitur Online – Menantang Dan Membantu


 

 

Jika kamu menggunakan fitur online dari Dark Souls II (saya sarankan untuk online setiap bermain) maka kamu sewaktu-waktu bisa di-’jajah’ oleh player lain secara acak. Ya, pemain lain yang online bisa masuk ke dalam permainanmu dan membunuhmu demi mendapatkan sejumlah soul. Kali ini sistem invasion akan lebih kompleks ketimbang Dark Souls yang pertama. Bahkan, walaupun kamu sudah menjadi Hollow, kamu juga masih tetap bisa diserang dalam game ini. Oh iya, kalau pemain yang lain bisa melakukan invasi, sudah pasti kamu juga bisa melakukannya terhadap orang lain asal kamu berani menanggung resikonya.

Tapi, bukan hanya itu saja fitur online yang disediakan Dark Souls II. Sama seperti pendahulunya juga, kamu bisa melihat jejak darah yang ditinggalkan oleh pemain lain selama dalam permainan. Jejak darah itu berfungsi supaya kamu bisa melihat bagaimana cara pemain lain mati selama permainan berlangsung jadi kamu bisa tahu bahaya apa yang menanti saat kamu berada dalam area yang belum kamu ketahui. Walaupun seringkali hal itu malah mengundang tawa karena kebanyakan kematian yang terjadi dalam Dark Souls II adalah kematian yang sangat konyol seperti terpeleset waktu mau turun dari sebuah tebing… atau mungkin karena diserang babi.
Kamu juga bisa memanggil pemain lain untuk ikut bersamamu melakukan ‘jolly cooperation’ (istilah co-op play oleh fans Dark Souls). Fitur voice chat yang ada kini bisa kamu gunakan atau juga tidak. Semua itu terserah kamu, namun jika kamu ingin pengalaman Dark Souls yang sesungguhnya, jangan pernah gunakan fitur chat yang ada. Dengan memanggil pemain lain, maka sudah pasti perjalanan akan terasa lebih mudah dan tidak semenakutkan yang sebelumnya. Meskipun demikian, patut diingat bahwa pemain yang kamu panggil hanya akan bersama denganmu sampai kamu mati atau kamu berhasil mengalahkan boss dalam sebuah area.

Sayangnya fitur online yang ada di Dark Souls II masih tetap mengalami gangguan seperti lag pada koneksi. Hal tersebut membuat pengalaman bermain menjadi terasa kurang menyenangkan terutama ketika melakukan PvP yang pastinya membutuhkan latency yang minim.

Daya Tarik Dalam Keterpurukan


 

Yang membuat seri Dark Souls berbeda dari Action RPG manapun atau mungkin dari game apapun yang pernah kamu mainkan adalah rasa kepuasan. Ya, mungkin hal ini mengundang tanya bagi mereka yang belum pernah memainkannya. Biar saya jelaskan seperti ini: kamu adalah seorang Undead yang lemah dan tidak memiliki kemampuan super. Kamu mudah dikalahkan dan selalu terkena jebakan saat menjelajahi sebuah area. Ketika kamu melawan boss, semuanya semakin parah karena kamu bisa mati dalam sekali serangan. Belum lagi kamu juga sempat-sempatnya dijajah oleh musuh, dipaksa bertarung, dan akhirnya mati juga. Cukup membuat depresi bukan?
Namun kemudian kamu mulai menyadari sesuatu. Kamu mulai tahu pola-pola serangan musuhmu. Kamu mulai belajar bagaimana caranya menghindari sebuah jebakan. Kamu mulai tahu juga apa titik kelemahan dari boss area yang kamu hadapi. Hingga semuanya itu membuat kamu lebih kuat dan pada akhirnya bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Permainan dalam Dark Souls II ini sama seperti Dark Souls yang pertama: mengajari kita untuk merangkak dari bawah untuk bisa mendaki puncak yang tinggi. Begitu kamu sampai di puncak, kamu bisa menghirup nafas dalam-dalam dan merasakan kepuasan yang begitu membekas hingga membuat kamu ketagihan untuk mencari puncak-puncak lainnya. Kira-kira begitu rasanya ketika saya berhasil mengalahkan boss pertama saya dalam game ini.

Visual Yang Menawan


Visual yang ada dalam Dark Souls II disajikan dengan sangat luar biasa. Pemandangan yang seperti ada dalam buku cerita berseting di era medieval-fantasi yang kelam dan kejam berhasil FromSoftware tampilkan dengan apik. Bangunan-bangunan raksasa, gua-gua yang mengerikan dan gelap, semua ditawarkan dengan gaya artistik yang membawa kita pergi dari dunia nyata. Ditambah lagi, begitu kamu melihat cahaya matahari setelah kamu lama berada di dalam kegelapan, rasanya sangat menggoda untuk meninggalkan pesan: “PRAISE THE SUN!” *ehem, maaf sekali lagi.
Selain lingkungan yang kelam, mahluk-mahluk yang ada didesain secara mengerikan sehingga bisa membuat kamu ketakutan untuk menghadapi musuh-musuh tersebut (meskipun kadang mereka sebenarnya lemah). Gambaran dari boss area juga cukup bisa membuat kamu merinding sendiri. Entah itu dari desain, animasi serangan atau mungkin aura yang dikeluarkan ketika kamu berhadapan dengan mereka.
Kali ini FromSoftware nampaknya melakukan pekerjaan yang lebih baik di bagian optimisasi. FPS yang terlihat selama permainan berlangsung terasa lebih cepat ketimbang game sebelumnya. Meski lag masih tetap seringkali terjadi, namun hal itu masih dimaklumi karena hanya terjadi sesekali saja tidak seperti salah satu area di Dark Souls yang pertama.

Verdict

Dark Souls II merupakan sequel yang sangat baik meskipun game ini tidaklah dibuat untuk semua gamer, terutama gamer kasual. Game ini masih menerapkan nilai-nilai gameplay fundamental yang ada pada game sebelumnya serta menambah beberapa fitur yang membuat game semakin menantang. Selain itu, Dark Souls II juga sedikit memperbaiki kualitas visual dan kelancaran bermain yang juga menjadi nilai plus untuk game ini. Bagi kamu yang menunggu versi PC, berharaplah FromSoftware akan membuat tampilan visualnya jauh lebih baik dibanding versi konsol.